Tuesday, March 1, 2011

Bagaimana Memberi Pertanyaan Yang Baik Pada Murid

     Sebagai seorang guru, terkadang mengajukan pertanyaan pada murid bisa dibilang hal yang sepele. Siapa bilang? Terkadang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru malah kurang mendapat respon dari murid. Malah pada banyak kejadian murid hanya diam saja tidak menjawab sehingga guru pun menjadi bingung apa sebenarnya murid tersebut sudah mengerti tapi tidak berani menjawab atau memang tidak tahu jawabannya. Lalu bagaimana cara yang tepat untuk mengajukan pertanyaan di kelas?
     Berikut beberapa strategi efektif untuk menggunakan pertanyaan di kelas:
  1. Ajukan pertanyaan berbasis fakta sebagai entri untuk masuk ke pertanyaan berbasis pemikiran. Misalnya, dalam mengajarkan polusi lingkungan, guru bisa mengajukan pertanyaan berbasis fakta seperti, “Apa tiga jenis polusi lingkungan?” kemudian dia bisa melanjutkan dengan pertanyaan berbasis pemikiran: “Strategi apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi ketiga jenis polusi lingkungan itu?” Jangan terlalu banyak mengajukan pertanyaan berbasis fakta, karena cenderung menghasilkan pembelajaran tanpa pemikiran mendalam. 
  2. Hindari pertanyaan dengan jawaban ya/tidak. Karena hanya digunakan sebagai pendahuluan untuk pertanyaan yang lebih mendalam. Mengajukan pertanyaan dengan jawaban singkat seperti “Apakah kalian setuju?” atau pertanyaan retoris seperti “Kalian pasti ingin membaca lebih banyak tentang pencemaran lingkungan, bukan?” bukanlah strategi mengajar yang baik. Jenis pertanyaan ini tidak menghasilkan respons yang bermakna dan tidak membuat mereka berinisiatif dalam belajar (Grossier, 1964).
  3. Beri waktu pada murid untuk memikirkan jawaban. Dalam satu studi, guru hanya mau menunggu rata-rata sedetik untuk meminta jawaban murid (Rowe, 1986). Menunggu 3 sampai 5 detik atau lebih mungkin tidak semudah yang kita bayangkan; kita butuh latihan. Tetapi murid Anda akan mendapat banyak manfaat jika diberi kesempatan memikirkan dan menyusun jawaban.
  4. Ajukan pertanyaan yang jelas, ada tujuannya, singkat dan runtut. Susun pertanyaan yang membuat murid harus mengikuti alur logika untuk menjawabnya dan mengintegrasikan pertanyaan itu dengan materi yang telah didiskusikan sebelum pindah ke topik lain (Grossier, 1964).
  5. Pantau bagaimana respons Anda terhadap jawaban murid. Apa yang harus Anda lakukan setelah murid menjawab pertanyaan Anda? Banyak guru yang hanya merespon “Oke,” atau “Baik” (Sadker & Sadker, 1986). Akan lebih baik jika responnya lebih dari itu. Beri tanggapan yang disesuaikan dengan level pengetahuan dan pemahaman murid.
  6. Ketahuilah kapan sebaiknya mengajukan pertanyaan untuk seluruh kelas dan kapan pertanyaan untuk seorang murid. Bertanya kepada murid tertentu berarti murid lain tidak harus menjawab. Beberapa alasan untuk mengajukan pertanyaan kepada murid tertentu adalah (Grossier, 1964): (1) untuk menarik perhatian murid yang tidak memerhatikan pelajaran; (2) untuk mengajukan pertanyaan lanjutan dari seseorang yang baru saja menjawab; (3)  untuk mengajak seorang murid yang jarang menjawab pertanyaan saat diajukan pertanyaan seluruh kelas. Jangan biarkan sekelompok kecil murid mendominasi jawaban. Salah satu strategi untuk memberi kesempatan yang sama bagi semua murid untuk menjawab adalah memanggil nama murid dari daftar absen dan nama yang dipanggil itu diminta untuk menjawab pertanyaan (Weinstein & Mignano, 1997).
  7. Dorong murid untuk mengajukan pertanyaan. Puji mereka jika mereka bisa mengajukan pertanyaan yang baik. Tanyakan kepada mereka “Bagaimana?” dan “Mengapa?” dan dorong mereka untuk mengajukan pertanyaan “Bagaimana?” dan “Mengapa?”

Daftar Pustaka

Santtrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta

No comments:

Post a Comment