BAB I
TINJAUAN
Belajar (learning) adalah proses multisegi yang biasanya dianggap sesuatu yang biasa saja oleh inidividu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas yang kompleks. Akan tetapi kapasitas belajar adalah karakteristik yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Hanya manusia yang memiliki otak yang berkembang baik untuk digunakan melakukan tindakan yang memiliki tujuan (Goldberg, 2001).
APA PERAN BELAJAR DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI?
Studi belajar bukanlah sekedar latihan akademik,tapi adalah aspek penting baik bagi individu maupun masyarakat. Pertama, bagi individu, studi tentang "belajar" dapat menjelaskan tentang pemerolehan berbagai kemampuan dan keterampilan tentang strategi untuk menjalankan peran di dunia, serta tentang sikap dan nilai yang memandu tindakan seseorang. Kedua, belajar penting bagi masyarakat. Salah satu tujuannya, seperti dicetuskan oleh Vygotsky (1924/1979), adalah mempelajari tentang nilai, bahasa, dan perkembangan kultur -- pengalaman yang diwariskan. Mengingat pentingnya belajar bagi masyarakat dan individu, maka masyarakat tidak bisa membiarkan proses pendidikan begitu saja. Dibutuhkan sistem pengajaran tertentu untuk mengajarkan warisan kultural kepada generasi muda.
Upaya - upaya awal untuk memahami belajar adalah melalui kebijaksanaan tradisional, yang biasanya didasarkan pada pengalaman, dan melalui filsafat. Problem dalam kebijaksanaan tradisional adalah informasi itu dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda - beda. Sebaliknya, meski filsafat merupakan keyakinan yang terstruktur, filsafat yang berbeda mencerminkan pandangan yang berbeda pula.
APA KRITERIA UNTUK TEORI BELAJAR?
Tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan semua hal tentang belajar. Karenanya, masing - masing teori mendeskripsikan ciri tertentu dari belajar atau perkembangan kognitif dan fokus pada pengidentifikasian faktor - faktor yang akan melahirkan hasil yang dapat diidentifikasi. Clark Hull (1935), seorang teoretisi behavioral, mengidentifikasi tiga kriteria untuk setiap teori. Pertama adalah seperangkat asumsi yang eksplisit yang merupakan keyakinan dasar teoritisi tentang suatu fenomena yang akan dibahas. Kriteria kedua adalah suatu teori harus mencakup definisi yang eksplisit tentang istilah penting. Kriteria ketiga, yaitu prinsip spesifik yang diambil dari asumsi yang dapat diuji melalui riset. Dan ada persyaratan kriteria keempat yang hanya berlaku untuk teori belajar, yaitu teori harus menjelaskan dinamika psikologis dasar dari kejadian yang mempengaruhi belajar.
APA FUNGSI TEORI BELAJAR?
Teori yang baik harus memenuhi fungsi umum dan khusus yang berkaitan dengan belajar dan pembelajaran.
Fungsi Umum
Suppes (1974) mengidentifikasi empat fungsi umum dari teori. Pertama, yaitu sebagai kerangka untuk melakukan riset. Fungsi ini terkait dengan syarat bahwa teori harus memuat prinsip yang dapat diuji; teori yang baik akan diterjemahkan ke dalam desain riset yang konkret (Brofenbrenner, 1993). Fungsi kedua adalah memberikan kerangka penataan informasi yang spesifik. Ketiga, untuk mengungkapkan kompleksitas dan kekaburan suatu kejadian. Keempat, teori mungkin melahirkan wawasan baru tentang situasi sehingga prinsip atau teori sebelumnya perlu diperbaiki, seperti diindikasikan dalam analisis belajar dari modelling oleh Bandura (1971). Fungsi kelima adalah teori berguna sebagai penjelasan atas suatu kejadian.
Fungsi Khusus
Selain sebagai kerangka riset, teori harus memberikan pemahaman baru tentang situasi, dan berfungsi sebagai penjelasan kerja atas kejadian - kejadian. Fungsi - fungsi spesifik utamanya menyangkut instruksi, termasuk perencanaan dan evaluasi intruksi serta memberikan informasi tentang problem di kelas.
APA ITU FILSAFAT YANG DISEBUT KONSTRUKTIVISME?
Pada akhir abad ke-20, istilah konstruktivisme menjadi bagian dari diskusi filsafat, sosiologi, dan pendidikan. Selain itu, konstruktivisme digunakan pada berbagai tataran untuk membahas isu - isu seperti pembentukan pengetahuan ilmiah, perkembangan pengetahuan anak, dan relasi antara pengetahuan dan kenyataan. Pandangan konstruktivis terhadap sifat atau hakikat pengetahuan adalah perspektif konstruktivis-sosial, karena disini proses sosial berperan penting dalam menentukan pengetahuan. Dua variasi konstruktivisme adalah: (a) pendapat bahwa sains adalah independen dari masyarakat, tetapi faktor sosial masuk ke dalam dan mempengaruhi perkembangan sains; dan (b) relasi sosial ikut membentuk pengetahuan secara parsial.
sumber: Gredler,
Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi.
Jakarta: Kencana
No comments:
Post a Comment